Baek Se-hee, Penulis Buku “I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki”, Meninggal Dunia di Usia 35 Tahun

SEOUL, 17 Oktober 2025 (cvtogel login) — Dunia sastra Korea Selatan berduka atas meninggalnya Baek Se-hee, penulis buku laris I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki, pada usia 35 tahun. Kabar duka ini dikonfirmasi oleh berbagai media internasional, termasuk The Guardian, The Washington Post, dan The Times of India.

Hingga kini, penyebab kematiannya belum diungkapkan secara resmi oleh pihak keluarga maupun penerbitnya. Namun, laporan dari media Korea menyebutkan bahwa Baek meninggal beberapa hari sebelumnya dan keluarganya telah menyetujui donasi organ — termasuk jantung, paru-paru, hati, dan ginjal — yang disebut telah menyelamatkan lima nyawa.


Perjalanan Hidup dan Karya yang Menginspirasi

Baek Se-hee lahir pada tahun 1990 dan dikenal sebagai penulis serta mantan editor penerbit independen di Seoul. Karya debutnya, I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki (2018), merupakan memoar yang berisi percakapan nyata antara dirinya dan terapis tentang perjuangan menghadapi depresi dan gangguan kecemasan.

Buku tersebut menjadi fenomena global setelah diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa, termasuk bahasa Inggris, Jepang, Prancis, dan Indonesia. Gaya tulisnya yang jujur dan lembut membuat banyak pembaca merasa terhubung secara emosional, terutama generasi muda yang sedang berjuang dengan kesehatan mental.

“Baek membuka ruang bagi kita untuk berbicara tentang rasa sakit tanpa malu. Ia mengajarkan bahwa keinginan untuk hidup bisa berdampingan dengan kelelahan yang mendalam,” tulis The Washington Post dalam obituarinya.


Dampak dan Warisan

Baek dikenal karena keberaniannya membicarakan topik kesehatan mental di masyarakat Korea, yang selama ini kerap dianggap tabu. Melalui tulisannya, ia menyoroti pentingnya terapi, kejujuran emosional, dan keberanian untuk meminta bantuan.

Kabar kepergiannya memicu gelombang duka di media sosial, dengan ribuan pembaca dari berbagai negara menuliskan pesan belasungkawa dan terima kasih. Banyak yang menyebut Baek sebagai “suara harapan” bagi mereka yang sedang berjuang melawan depresi.

“Suatu ironi yang menyakitkan — dia menulis tentang keinginan untuk hidup di tengah keinginan untuk mati, dan melalui tulisannya, banyak orang justru menemukan alasan untuk bertahan,” tulis The Guardian.


Pesan Terakhir dan Harapan

Meskipun perjalanan hidupnya singkat, warisan Baek Se-hee akan terus hidup melalui kata-katanya. Buku-bukunya masih menjadi bacaan wajib bagi banyak orang yang mencari pemahaman dan kenyamanan dalam menghadapi kesehatan mental.

Dalam salah satu kutipan terkenalnya, Baek pernah menulis:

“Aku tidak ingin mati. Aku hanya ingin hidup dengan cara yang tidak terlalu menyakitkan.”

Kini, kata-katanya terasa lebih bermakna dari sebelumnya — menjadi pengingat bahwa kejujuran dan keberanian untuk berbagi rasa sakit bisa menyentuh jutaan hati di seluruh dunia.

admin

admin